Jiwa jiwa yang suka mendebat kebenaran
#####################
Orang pandir selalu mencari alasan untuk
mendebat, karena yang mereka inginkan bukanlah
kebenaran tapi mendebat kebenaran. Mereka sulit
menjalani kebenaran, lalu megalihkan kebenaran itu
menjadi sesuatu yang relatif yang tampaknya
masuk akal. Padahal apa yang disampaikan tidak
ada hubungan sama sekali dengan pembahasan.
Pernah mendengar ungkapan semisal diatas?
Ustadz : “Alhamdulillah, dari QS 24:31 dan
QS 33:59 kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
Allah mewajibkan hijab bagi setiap Muslimah dan
telah memberikan ketentuan bagaimana hijab yang
syar’i dalam kedua ayat ini”
Liberalis : “Berarti dalam Islam Muslimah
berhijab itu wajib?”
Ustadz : “Begitulah menurut Al-Qur’an
dan Al-Hadits”
Liberalis : “Anda salah Tadz, itu kan
penafsiran Anda? Belum tentu yang lain memiliki
penafsiran seperti itu, itu kan hanya budaya
orang-orang Arab saja. Kalau begitu anda terlalu
men-judge orang lain, apa bedanya Anda dengan
Hitler kalau begitu? Lagipula orangtua Anda juga
masih Non-Muslim, seharusnya Anda dakwah dulu
sama mereka, bukan sama orang-orang Muslim.
Bahasa Arab saja baru belajar, sudah sok
mendakwahi orang!”
Atau yang begini,
Ustadz : “Alhamdulillah, dari QS 24:31 dan
QS 33:59 kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
Allah mewajibkan hijab bagi setiap Muslimah, hijab
itu adalah ketaatan, dan setiap ketaatan adalah
baik”
Liberalis : “Berarti Muslimah berhijab itu
pasti baik?”
Ustadz : “Begitulah menurut Al-Qur’an
dan Al-Hadits”
Liberalis : “Anda salah Tadz, belum tentu
orang yang berhijab itu lebih baik daripada yang
tidak berhijab. Saya kemarin melihat ada orang
yang berhijab tapi justru lisannya kasar dan kotor,
sebaliknya ada orang yang tidak berhijab tapi sopan
dan sedekahnya banyak. Anda terlalu men-judge!
Kebaikan bukan ditentukan oleh pakaian, tapi lebih
dari hati, nggak perlu berlebihan dalam segala
sesuatu, Allah tidak suka yang berlebih-lebihan”
Lihat alasan-alasan semisal ini, lalu renungkanlah
firman Allah Swt.
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap
nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis)
manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka
membisikkan kepada sebahagian yang lain
perkataan-perkataan yang indah-indah untuk
menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki,
niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka
tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-
adakan. (QS Al-An’am [6]: 112)
0 komentar: